Corazón roto

Patah hati.

Broken heart.

Corazón roto.


How exactly to deal with it?


Dan patah hati itu banyak sekali bentuknya.

Bahkan di umur 35 tahun ini, aku masih merasakan merananya patah hati.


Nelangsa.

Tapi sejujurnya patah hati karena apa juga bingung.

Bisa karna keluarga, teman, atau bahkan patah hati sama keadaan.

Aneh ya?

Udah seumur ini masih belum bisa memfilter perasaan.


Dan bagaimana menyiapkan anak2 gadisku supaya mereka ga patah hati?

Karena aku ga mau mereka nelangsa.

Apalagi nelangsanya gara2 cinta anak remaja.


I just found out that my eldest already has someone she like.

Gebetan masa SD.

Sebagai ibu, aku yang ga siap.

Baca chat2 nya yang penuh emot love love,aku yang panik.

Baca kata2 love dan kangen2, aku makin panik.

Ga siap dan ga tau bagaimana harus bersikap.


Call me norak, but I am not ready.

She is supposed to be my forever baby.


Gimana kalau dia patah hati dan ga semangat lagi ngapa2in di kelas?

Karna patah hati itu ga enak.


Dan sejujurnya aku agak patah hati karna anak gadisku diam2 begitu.

Kayak kecolongan.

Masih kelas 5 SD. Umur baru 10 tahun.


Karena sekarang dilarang, jadinya dia agak menutup diri dari aku.


Harus bagaimana juga aku bingung.


Umur aku udah 35.

Anak aku udah dua.

Tapi buat hal2 begini aku buta.


Cause frankly,

I also can not control my self.


Pengennya, sampai kapan pun anak aku ga akan merasakan merananya patah hati.

Pengennya, semua hal membahagiakan akan aku beri.

Kalau terlalu cepat kenal cowok begini, aku takutnya dia lupa diri.

Karena hidup ga akan seadil yang kita ingini.

From Blogger iPhone client

Comments

Popular posts from this blog

Lucky