Kesepakatan Bersama

Aku pernah nanya ke suami. Sebenernya dia ikhlas ga sih aku kerja dan harus ninggalin anak2 sekian jam? Apalagi sejak akre ini rasanya waktu sama anak2 makin tipis aja.

Dan dia ga keberatan.
Ikhlas2 aja.

Aku jadi lebih tenang buat kerja.

Menurutku, itu tergantung kesepakatan bersama aja sih.
Ada yg dari awal nikah udah dipesenin ga boleh kerja sama suaminya. Dan happy2 aja. Karena mereka udah deal2an, suami cari nafkah, istri urus rumah tangga. Tak usah dibanding2in harus begini begitu.

Ada yg dari awal nikah memang udah janjian istrinya boleh berkarier. Mau anak sama siapa, yang urus rumah tangga siapa, juga udah disepakati. Ga perlu dibanding2in sama keluarga lain.

Karena menurutku, rumah tangga itu harus satu visi misi dong. Harus udah ada peraturan yang disepakati bersama (akre banget dah). Ga bisa kita generalisasikan.

Suami ku orangnya fair.
Whatever makes me happy, then he supports all of it.

Aku pernah jadi ibu rumah tangga. Dan dia menyanggupi untuk nafkahi aku, segimana pun banyaknya permintaan aku.

Sekarang aku jadi ibu pekerja. Dan dia ga prostes, asal aku tetap di koridor yang kami sepakatin bersama.

Aku mau ngejar karier, ya monggo.
Aku mau kerja gitu2 aja, ya monggo.
Aku mau resign, ya dia gpp.

Whatever makes me happy.

Karena kami udah sepakat, dan kami punya tujuan yang sama mau gimana ke depannya bawa keluarga ini.

Baca2 perdebatan ibu bekerja vs ibu tidak bekerja mah ga akan ada habisnya. Masing2 pihak akan berusaha membenarkan sisinya.

Aku cukuplah suami yang dukung aku tiap hari.

I am not a bad mom because I work.
I am also not judging a stay at home mom.

Whatever makes me happy.

Udah kenal sama suami lebih dari 11 tahun. I do know that he will never bring me down.

Bismillah aja.
Semoga Allah selalu meridhoi setiap keputusan yang kami ambil.

Semoga Allah memanjangkan umur suami ku, karena jujur, bingung mau gimana kalau dia nanti ga ada.

Aamiin.

Comments

Popular posts from this blog

Lucky